Dalam manajemen pemulihan pasca bencana, salah satu prinsip kemanusiaan yang paling mendasar adalah pemberdayaan, bukan hanya sekadar pemberian bantuan. Kunci dari pendekatan ini terletak pada Partisipasi Komunitas secara aktif, terutama dalam tahap penilaian ulang kebutuhan (re-assessment). Melibatkan korban secara langsung dalam proses identifikasi dan validasi kebutuhan mereka bersama Palang Merah Indonesia (PMI) memastikan bahwa bantuan yang disalurkan bersifat relevan, bermartabat, dan berkelanjutan, bukan hanya asumsi dari pihak luar. Partisipasi Komunitas yang efektif mengubah korban pasca bencana menjadi mitra yang turut menentukan arah pemulihan. PMI secara konsisten menjadikan Partisipasi Komunitas sebagai inti dari program Disaster Risk Reduction (DRR) mereka.
Mengapa Partisipasi Komunitas Itu Krusial?
Rapid Assessment yang dilakukan pada hari-hari awal bencana seringkali hanya mencakup kebutuhan umum (pangan, air, tempat berlindung). Namun, untuk transisi ke fase pemulihan jangka menengah, data yang lebih spesifik diperlukan.
- Validasi Data: Hanya anggota komunitas yang tahu persis aset apa yang hilang (misalnya, alat perbaikan mobil, atau bibit tanaman spesifik) dan siapa yang paling rentan (misalnya, janda tua yang tidak tercatat dalam data resmi). Dengan Partisipasi Komunitas, PMI dapat memvalidasi data kerugian yang dikumpulkan oleh relawan PMI di lapangan.
- Kepemilikan Program: Ketika masyarakat ikut berpartisipasi dalam perencanaan, rasa kepemilikan mereka terhadap program pemulihan (seperti pembangunan Huntara atau fasilitas sanitasi) akan lebih tinggi, memastikan fasilitas yang dibangun dirawat dengan baik.
Mekanisme Pelaksanaan Partisipasi Komunitas oleh PMI
PMI menggunakan beberapa metode terstruktur untuk memastikan suara korban didengar:
- Pembentukan Komite Bencana Lokal: PMI memfasilitasi pembentukan Komite Bencana yang terdiri dari perwakilan kelompok masyarakat (kepala suku, tokoh agama, perwakilan wanita, dan pemuda). Komite ini berfungsi sebagai mitra resmi PMI dalam penilaian ulang dan prioritas bantuan. Komite ini biasanya bersidang setiap Kamis sore untuk meninjau progress pemulihan.
- Teknik Peta Risiko Bersama: Relawan PMI menggunakan teknik pemetaan partisipatif, di mana korban diajak menggambar peta desa mereka, menandai lokasi rumah yang hancur, sumber air yang terkontaminasi, dan lokasi fasilitas yang dibutuhkan. Proses ini memungkinkan PMI untuk mendapatkan informasi spasial yang akurat tanpa perlu alat survei yang canggih.
Dampak Sosial-Ekonomi yang Terukur
Keterlibatan aktif ini memiliki dampak yang terukur, terutama dalam program pemulihan mata pencaharian (livelihood). Berdasarkan evaluasi program di salah satu wilayah terdampak, PMI menemukan bahwa program cash assistance yang diputuskan bersama komunitas memiliki tingkat keberhasilan pemulihan usaha 20% lebih tinggi dibandingkan program yang diputuskan sepihak. Selain itu, Partisipasi Komunitas juga meningkatkan transparansi. Jika ada bantuan yang salah sasaran, masyarakat akan segera melaporkannya kepada koordinator lapangan PMI untuk segera diperbaiki, menunjukkan pengawasan sosial yang efektif.
