Ketika bencana alam melanda, ancaman terbesar setelah gempa atau banjir surut bukanlah keruntuhan, melainkan potensi ledakan wabah penyakit menular. Kondisi pengungsian yang padat, sanitasi yang buruk, dan menurunnya daya tahan tubuh korban menciptakan “koktail sempurna” bagi penyebaran penyakit seperti campak, diare, atau difteri. Untuk menanggulangi ancaman sekunder ini, Palang Merah Indonesia (PMI) mengaktifkan Program Imunisasi Darurat. Program Imunisasi Darurat ini merupakan intervensi kesehatan masyarakat yang cepat dan terfokus, dirancang untuk membangun kekebalan kolektif dan melindungi kelompok rentan, terutama anak-anak. Kecepatan dan cakupan Program Imunisasi Darurat sangat menentukan kualitas kesehatan di masa pemulihan.
Rasionalisasi dan Target Populasi
Aktivasi Program Imunisasi Darurat didasarkan pada Rapid Health Assessment yang dilakukan oleh Tim Kesehatan PMI. Penilaian ini mengidentifikasi risiko penyakit spesifik di wilayah bencana, yang sering kali meningkat karena terganggunya rantai pasokan vaksin rutin dan rusaknya fasilitas kesehatan.
Target utama dari program ini adalah anak-anak usia 6 bulan hingga 15 tahun, terutama untuk vaksinasi Campak dan Rubella (MR). Campak sangat menular dan dapat menyebabkan kematian di lingkungan pengungsian yang tertutup dan padat. PMI bekerja sama erat dengan Dinas Kesehatan Daerah setempat untuk mendapatkan pasokan vaksin yang terjamin kualitas dan rantai dinginnya (cold chain). Protokol penyimpanan vaksin harus dijaga ketat pada suhu antara 2°C hingga 8°C selama proses transportasi dari gudang farmasi hingga ke posko pengungsian.
Dalam kasus pengungsian massal akibat erupsi Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, pada tahun 2014, PMI bersama otoritas kesehatan setempat berhasil melakukan imunisasi massal kepada lebih dari 5.000 anak dalam waktu tiga minggu setelah pengungsian didirikan, sebuah capaian logistik yang luar biasa.
Logistik dan Distribusi di Lapangan
Pelaksanaan Program Imunisasi Darurat di lapangan memiliki tantangan logistik yang tinggi. Tim kesehatan PMI harus bergerak secara mobil, menjangkau posko-posko pengungsian kecil yang tersebar di wilayah terpencil.
- Pelayanan Bergerak (Mobile Service): Imunisasi tidak hanya dilakukan di Posko Kesehatan Lapangan PMI, tetapi juga melalui tim mobile yang bergerak dari tenda ke tenda atau dari desa ke desa menggunakan mobil double cabin atau sepeda motor, membawa kotak pendingin vaksin.
- Pencatatan Cepat: Setiap anak yang diimunisasi dicatat secara digital dan manual, mencantumkan tanggal, jenis vaksin, dan nama petugas pelaksana (misalnya, Perawat Nita Sari). Pencatatan ini penting untuk menghindari pemberian dosis ganda dan untuk memantau cakupan imunisasi di seluruh area terdampak.
Dampak Jangka Panjang dan Perlindungan
Keberhasilan Program Imunisasi Darurat tidak hanya diukur dari jumlah dosis yang diberikan, tetapi dari pencegahan breakout (wabah) penyakit. Dengan menyediakan perlindungan cepat terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin (Vaccine-Preventable Diseases), PMI membantu menghemat sumber daya medis yang terbatas agar dapat difokuskan pada penanganan cedera trauma dan penyakit kronis. Imunisasi ini juga memberikan jaminan psikologis bagi orang tua bahwa anak-anak mereka terlindungi, membantu mereka fokus pada pemulihan rumah dan mata pencaharian. Intervensi kesehatan masyarakat yang proaktif ini membuktikan bahwa pencegahan adalah pilar terkuat dalam respons bencana PMI.
