Peran Krusial Water and Sanitation (WASH): Program PMI Menjaga Kebersihan Pascabencana

Bencana alam, seperti banjir dan gempa bumi, tidak hanya merusak infrastruktur fisik, tetapi juga meninggalkan risiko kesehatan yang serius melalui krisis air bersih dan sanitasi. Menghadapi ancaman sekunder ini, Palang Merah Indonesia (PMI) mengimplementasikan Program PMI Water and Sanitation and Hygiene (WASH) sebagai bagian integral dari upaya tanggap darurat dan pemulihan pascabencana. Peran WASH sangat krusial dalam mencegah wabah penyakit menular yang disebabkan oleh lingkungan yang kotor, seperti diare, kolera, dan penyakit kulit, yang kerap kali menjadi ‘bencana kedua’ bagi penyintas. Efektivitas Program PMI ini sangat menentukan kecepatan pemulihan kesehatan masyarakat di lokasi terdampak.

Program WASH yang dijalankan oleh PMI memiliki tiga pilar utama: penyediaan air bersih yang layak konsumsi, pembangunan dan perbaikan fasilitas sanitasi yang higienis, dan promosi kebersihan (hygiene promotion). Dalam operasi tanggap darurat, seperti saat terjadi bencana banjir di Kabupaten Demak, Jawa Tengah, pada akhir Februari 2024, tim WASH PMI mengerahkan armada truk tangki air dan unit pengolahan air bergerak (mobile water treatment unit). Petugas PMI bekerja tanpa lelah, terkadang hingga 18 jam sehari, untuk menyalurkan air bersih. Dalam kasus Demak, UDD PMI setempat mencatat telah mendistribusikan lebih dari 150.000 liter air bersih ke delapan titik pengungsian utama, termasuk di SMK Negeri 1 Demak, selama periode 14 hari pertama tanggap darurat.

Selain air bersih, aspek sanitasi juga menjadi prioritas. Kerusakan toilet dan jamban komunal akibat bencana berpotensi mencemari sumber air. Sebagai bagian dari Program PMI ini, tim logistik dan relawan mendirikan unit jamban darurat dan fasilitas cuci tangan portable di lokasi pengungsian. Sebagai contoh nyata, setelah erupsi Gunung Semeru pada Desember 2021, di lokasi pengungsian utama di Desa Sumberwuluh, Kabupaten Lumajang, PMI mendirikan 30 unit toilet sementara yang dilengkapi dengan bilik mandi. Kepala Divisi Penanggulangan Bencana PMI, Bapak Aji Rahmat, menekankan bahwa setiap fasilitas harus dipelihara kebersihannya secara rutin oleh tim sanitasi untuk mencegah penumpukan limbah.

Pilar ketiga, promosi kebersihan, mungkin menjadi yang paling berdampak jangka panjang. Relawan khusus yang terlatih di bidang hygiene promotion bertugas memberikan edukasi kepada penyintas di pengungsian. Materi yang disampaikan meliputi cara mencuci tangan yang benar dengan sabun, pentingnya penggunaan air bersih untuk memasak, dan pengelolaan sampah yang aman. Pada Selasa, 12 Maret 2024, di pengungsian korban longsor di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, tim PMI menyelenggarakan sesi edukasi yang diikuti oleh 150 Kepala Keluarga, bekerja sama dengan Dinas Kesehatan setempat. Dalam sesi tersebut, PMI juga mendistribusikan ratusan paket hygiene kit yang berisi sabun, sikat gigi, pembalut wanita, dan handuk.

Keberhasilan Program PMI WASH tidak hanya dilihat dari volume air yang disalurkan atau jumlah toilet yang didirikan, tetapi juga dari tidak adanya kasus wabah penyakit menular yang signifikan di lokasi-lokasi pengungsian yang mereka kelola. Hal ini membuktikan bahwa investasi pada kesehatan lingkungan pascabencana adalah sebuah keharusan. PMI terus berkomitmen untuk memperkuat kapasitas tim WASH-nya, termasuk melalui pelatihan relawan baru dan pembaruan peralatan, guna menjamin masyarakat terdampak dapat kembali hidup sehat dan normal secepat mungkin.