Masa tanggap darurat bencana seringkali identik dengan kekacauan logistik, namun Palang Merah Indonesia (PMI) memiliki standar operasional prosedur yang ketat untuk memastikan penyintas bencana tetap mendapatkan asupan gizi yang memadai. Inti dari upaya ini adalah Mekanisme Dapur Umum PMI, sebuah sistem terstruktur yang menjamin distribusi makanan hangat, layak gizi, dan tepat waktu, tiga kali sehari tanpa gagal, kepada ribuan pengungsi. Keberhasilan operasi ini tidak hanya bergantung pada kemampuan memasak dalam jumlah besar, tetapi juga pada koordinasi logistik yang presisi dan pemenuhan standar higienitas yang tinggi.
Mekanisme Dapur Umum PMI diawali dengan aktivasi segera setelah Pos Komando (Posko) penanggulangan bencana diaktifkan oleh Pemerintah Daerah. Pada situasi bencana gempa bumi di Kabupaten XYZ, misalnya, yang terjadi pada hari Rabu, 23 Oktober 2024, pukul 09.00 WIB, Dapur Umum PMI Cabang setempat mulai beroperasi penuh pada pukul 15.00 WIB di hari yang sama, bertempat di halaman Markas PMI, sebelum dipindahkan ke lokasi yang lebih dekat dengan pengungsian utama di Lapangan Desa Makmur. Penempatan lokasi Dapur Umum ini dilakukan berdasarkan hasil Kajian Cepat (Assessment) yang mengidentifikasi konsentrasi pengungsi dan akses logistik yang memadai.
Manajemen logistik bahan baku menjadi kunci dalam menjaga stabilitas operasi. Tim Mekanisme Dapur Umum bertugas memastikan bahan makanan didatangkan secara teratur dari gudang logistik regional atau melalui pembelian lokal yang dikoordinasikan dengan Dinas Sosial dan BPBD. Setiap menu harian dirancang oleh ahli gizi relawan PMI untuk memenuhi minimal kebutuhan kalori harian (sekitar 2.100 kkal per orang) dengan mempertimbangkan komposisi karbohidrat, protein, dan vitamin. Selain itu, tim dapur umum wajib menyiapkan menu khusus untuk kelompok rentan, seperti bubur dan makanan lunak untuk bayi dan lansia, serta memastikan ketersediaan makanan pendamping ASI. Pada tanggal 25 Oktober 2024, Dapur Umum PMI melayani 3.500 porsi makanan untuk makan siang, dengan menu nasi, ikan tongkol bumbu kuning, tumis kangkung, dan buah pisang, yang disiapkan oleh 45 relawan yang terbagi dalam tiga shift kerja.
Higienitas adalah aspek non-negosiasi dalam Mekanisme Dapur Umum. Relawan wajib mengenakan Alat Pelindung Diri (APD) standar—masker, penutup kepala, sarung tangan, dan apron—sepanjang proses persiapan hingga distribusi. Peralatan masak, termasuk kuali dan panci besar, dicuci dan disanitasi secara rutin. Tempat pembuangan limbah sisa makanan juga dikelola secara terpisah untuk mencegah penumpukan yang dapat menarik vektor penyakit. Distribusi makanan dilakukan menggunakan wadah yang tertutup, dibawa oleh tim relawan ke titik-titik pengungsian, dan diamankan oleh petugas keamanan, yang pada contoh ini melibatkan 7 personel gabungan Satpol PP dan anggota Koramil setempat, untuk memastikan pembagian berjalan adil dan tertib. Dengan sistem yang terukur, PMI berhasil menjaga gizi dan energi korban bencana, memastikan mereka memiliki kekuatan fisik untuk menghadapi masa pemulihan.
